Skip to main content

visit pangandaran ^^

Pangandaran. Daerah di ujung pulau jawa barat membuat ingatanku tetap berada di sana walau fisik ku telah kembali ke Jakarta. Pangandaran, dengan pantainya yang entah berujung dimana. Aku sangat menikmati setiap langkah yang ditemani sepoi angin juga terik matahari. Menghitamnya kulit ku rasanya menjadi sepele, memang segitulah yang harus ku bayar karena telah berani menikmati Pangandaran.

Pantainya, pasir putihnya, lautnya, terumbu karangnya, bahasanya..
Pangandaran merupakan daerah objek wisata yang belum banyak dikunjungi seperti Bali. Kawan, ini adalah Bali yang tertutup oleh kesederhanaan orang – orangnya.

Tiga hari berda disana.
Duduk berjam-jam lamanya di kereta api ekonomi dan melanjutkan perjalanan dengan bus, lalu ojek. Seolah menjadi awal yang asik. Rusaknya jalanan di sana membuat tubuh terayun kesana kemari. Berkicau a-i-u-e-o. Itu bukan rintangan berat, karena Jakarta menawarkan yang lebih ekstrim dari yang ku lewati ini.

Hingga sampai di rumah salah seorang senior, kak Ai. Bercerita sebentar, makan makanan enak yang di balut kesederhanaan, lalu tidur. Belum, aku belum tidur saat tau sinyal hapeku hanya memberikan satu tanda strip. “oia nad, gue lupa bilang, jaringan indosat disini payah” kata kak Ai. Hahahah :D yasudahlah. Ini takdir yang tidak membuat ku reasah gelisah. Aku diberi-Nya waktu untuk hanya menikmati yang belum pernah ku nikmati sebelumnya.

Esoknya, dengan motor, dengan jalanan yang masih tetap berlubang disana – sini, dengan sawah di kanan – kiri dan dengan air yang mengalir yang tiba – tiba ada tanpa ku sadari yang disana itu yang indah yang mungkin adalah aliran air laut atau mungkin dari sumber mata airnya atauuu, entahlah. Inilah Pangandaran. Suara desir air sepanjang jalan. Aku dipaksa melewati jembatan diatas aliran air laut yang arusnya deras tapi aku suka :D

Pergi ke salahsatu objek wisata bernama green canyon. Aku tidak akan cerita banyak tentang yang satu ini. Karena ceritaku tidak akan bisa menggambarkan seberapa indahnya green canyon. Pangandaran, memiliki alam yang luar biasa. Datanglah kawan, nikmati sendiri keindahan dan keasyikannya dengan perahu mesin, menyusuri green canyon sekitar 12km (PP), dan aku hanya bisa tercengang. Sudah, cukup. Aku tidak akan lebih panjang lagi bercerita. Sekali lagi, rasakan sendiri nikmatnya keindahan Pangandaran.

Hari itu sebenarnya tidak ada niat untuk berbasah – basahan. Tapi ini terpaksa, terpaksa karena seorang kawan bernama Aci meminta ku memaninya. Satu persatu ku kenakan perlengkapan snorkling. Kacamata, lalu pelampung. Lalu masuk kedalam air. Hanya seputaran pantai sajalah, untuk sekedar melihat terumbu karang. Sayang, laut saat itu sedang tidak bersahabat. Airnya keruh karna pasang. Tapi paling tidak, aku pernah mencoba snorkling di Pangandaran. Hahaha :D selesai snorkling, aku berjalan perlahan diatas terumbu karang, kaki ku rasanya sakit sekali. Meninggalkan luka di dekat jempol kaki yang sampai sekarang belum juga hilang.

Sunset, oh sunset.. aku berfoto ria, menunggu sunset yang kata mas mayo pasti “keren abissss”. Nyatanya, langit juga sedang tidak bersahabat.  Mendung, sunset ? byeee... aku kembali menyebrangi laut untuk sampai kepantai lagi. Barusan aku dipasir putih, untuk sampai ke pasir putih, kita harus sewa perahu, menyebrangi laut, sayangnya tidak terlalu jauh jarak pantai dan pasir putih. Sehingga hanya punya kesempatan 5-10 menit  untuk memandang keindahan laut Pangandaran.

Aku pulang. Perjalanan ku tidak hanya sampai situ, aku sempat melihat nelayan ‘panen’ ikan. Aku sempat menyusuri 3 pantai pangandaran lainnya, aku sempat datang ke batu nunggul, aku sempat berkunjung ke pantai hiu yang dipinggirnya berjejer rumah – rumah kayu bertuliskan “sutra, lindungi dirimu dan dirinya”.

Aku ‘terpaksa’ kembali ke Jakarta karena tuntutan kuliah, kehabisan tiket kereta ekonomi, membuat kita (aku dan 3 orang teman lainnya) mengorbankan keselamatan jiwa untuk ngebut - ngebutan mengejar bus patas Pangandaran – Bekasi. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi waktu aku benar – benar sampai didepan kampus dan masuk kelas dengan wajah setengah –oke-.

Comments

Popular posts from this blog

Nikmati HNP, Hadapi Bersama

Kalau beberapa sumber menuliskan ceritanya sebagai penderita HNP, saya mengambil posisi sebagai 'teman' penderita. Pengalaman mengawal korban salah angkat beban. Adik saya, Eki (23), selama 10 bulan merasakan sakit di pinggul belakang bagian kiri tanpa tau jenis sakit apa yang dideritanya, apa penyebabnya. Eki 'buta' dan 'tuli' atas penyakitnya sendiri walaupun sudah bolak-balik ke dokter menggunakan fasilitas BPJS yang dibayar ayah kami setiap bulannya. Selama kuliah, Eki tinggal di jogja dan berobat di sana. Diagnosa dokter, dia menderita LBP ( Low Back Pain ) tapi tidak spesifik apa dan kenapanya. Selama kurang lebih 10 bulan itu, Eki terus minum obat tanpa ada progres positif. Libur semester tiba. Eki pulang ke rumah orang tua dan praktis, faskes BPJS ikut dipindahkannya ke Balikpapan demi melanjutkan pengobatan. Selama kurang lebih 2 bulan ia mengupayakan kesembuhan dengan laser. Bagian yang sakit dipanaskan menggunakan cahaya. Terapi lain dilakukan m...

Review JUJUR (dan subjektif) Vendor Lamaran di Malang

Rasanya setelah acara nikah beres? Super lega! Tulisan ini ditujukan untuk pembaca yang lagi persiapan bikin rangkaian acara pernikahan. Mulai lamaran, akad, dan resepsi. Jangan segan-segan bertanya buat cari informasi lanjutan. Teman-teman bisa kontak saya melalui e-mail nadiahanum07@yahoo.co.id Dalam proses lamaran sampai resepsi, kami banyak mix and match adat yahh.. Rangkaian pernikahan kami dimulai dari proses "Minta" (dalam adat masyarakat Arab di Indonesia) yang berlangsung di Balikpapan, 2 Desember 2017. Setelah acara ini, biasanya keluarga perempuan bikin acara lagi yang disebut al-fatihaan sebagai simbol bahwa anak gadisnya sudah taken . Dalam prosesi "Minta", si laki-laki dan keluarganya datang untuk menyampaikan niat baik. Pada acara kami, Ridho datang bersama kedua orang tua, om selaku juru bicara (karena kondisi tertentu), dan keluarga serta kerabat lain. Sedangkan dari pihak saya, yang menerima langsung adalah Abi (re: ayah saya), saudara kand...

Waktu Berdua Seharga Jutaan Rupiah

Day 1 - Nadia Uyh Trip to Bali Sesampainya di hotel siang itu, kami ribet dengan urusan properti baru. Kata uyuh unboxing . Mulai mirrorless, kaca mata, baju, turban, dan sebagainya. Makan siang kelewatan, nyewa motor kelewatan. Solusinya adalah pesen A&W lewat aplikasi ojek online karena kebetulan jam sudah menunjukan pukul 15.00. Sambil menanti makanan datang, kami siap-siap. Langkah pertama adalah memutuskan lokasi yang enak dikunjungi sore-sore, dan yang pasti ngga terlalu jauh karena kami masih buta jalan. Keputusan jatuh pada Pantai Jimbaran untuk sekedar menikmati sunset . Dan waktu berdua yang harganya harus dibayar dengan ongkos tiket jutaan rupiah. Ke pantai pakai -kaos kaki- tiga hari bareng, dan -pake baju senada-     Pantainya Bali punya banyak sekali suguhan bagi wisatawan. Anjing-anjing ini misalnya, yang bikin uyh takutnya bukan kepalang. Jimbaran sore-sore Matahari sudah tenggelam di ufuk barat. Cahayanya habis s...