Selama kuliah, Eki tinggal di jogja dan berobat di sana. Diagnosa dokter, dia menderita LBP (Low Back Pain) tapi tidak spesifik apa dan kenapanya. Selama kurang lebih 10 bulan itu, Eki terus minum obat tanpa ada progres positif.
Libur semester tiba. Eki pulang ke rumah orang tua dan praktis, faskes BPJS ikut dipindahkannya ke Balikpapan demi melanjutkan pengobatan. Selama kurang lebih 2 bulan ia mengupayakan kesembuhan dengan laser. Bagian yang sakit dipanaskan menggunakan cahaya. Terapi lain dilakukan menggunakan getaran. Tapi hasilnya nihil.
Alhamdulillah, akhir tahun 2016 kuliahnya selesai. Eki di wisuda dan melanjutkan perjalanan mencari kerja. Duduk di kereta selama berjam-jam pun dijalani, ntah saat itu apa yang dirasakannya. Kami sekeluarga juga sempat jalan-jalan keliling kawasan Prambanan seharian, Eki masih kuat waktu itu. Di awal tahun 2017 Eki dapat panggilan dari sebuah perusahaan di Surabaya, kota tinggal saya. Kamis (19/1) pagi saya jemput dia di stasiun Gubeng, kami sarapan, lalu dia tes.
Siang harinya pascates, saya ajak Eki periksa ke Dokter Spesialis Bedah Saraf dr E di Brain and Spain Center salah satu rumah sakit swasta Surabaya. Sebelumnya saya sudah pernah berbincang dengan beliau karena urusan pekerjaan. First impression saya benar! Beliau dokter yang sabar luar biasa, menjelaskan secara rinci kepada pasien apa yang dideritanya, memberi pilihan, dan ramah. Dimana nggak banyak dokter yang saya temui bisa setenang dr E. Walaupun, apa yang terlontar jelas sangat mengguncang.
Pertama kali periksa dengan dr E, Eki dicek fisik. Tanya-jawab mungkin sampai sekitar 1 jam. "Tahap pengobatan dimulai dari minum obat, kalau tidak sembuh dilakukan terapi laser, jika tidak sembuh juga bisa coba disuntik, tapi jika tetap tidak sembuh sebaiknya disegerakan MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mengetahui penyebab sakitnya," jelas dr E. Opsi terakhir yang bisa dilakukan adalah operasi. Kata yang sangat asing di telinga saya dan Eki.
MRI di RS tersebut (per tanggal 19 Januari 2017) memakan biaya Rp 3,4 juta untuk kualitas 3T (Tesla). Karena harga yang cukup tinggi, Eki ngotot minta obat walau sudah tidak disarankan. Syukurnya ayah kami support penuh agar Eki segera di MRI sore itu. Sekitar pukul 16.00 kami masuk ruangan. Tubuh Eki tidak boleh bergerak selama 45 menitan, kupingnya ditutup instrumen serupa earphone untuk mengurangi pekikan kerja alat. Saya terus menemani dan hanya mengucap sholawat sambil menggigil kedinginan.
Setelahnya hasil pencitraan sudah bisa diintip. Suster bilang, "nanti dokter yang jelaskan yah mas, tapi kalau sekilas ini sudah berat." Saya chat dr E, beliau bersedia menunggu sampai hasilnya keluar.
Kami sholat magrib, lalu makan. Sekitar pukul 20.00, hasil MRI sudah bisa diambil. Kami naik ke ruangan dr E untuk pembacaan hasil. Ah, kembali ke momen itu! Sedihnya masih meluap-luap belum bisa hilang. Malam dimana saya keluar masuk kamar mandi karena ngga kuat nahan tangis. Eki saat itu masih 22 tahun, terlalu muda untuk diagnosa HNP (Hernia Nukleus Pulposus) atau yang awam disebut saraf kejepit.
Saya masih ingat betul kalimat pertama yang diucap dr E setelah membaca hasil MRI. "Mas, harapannya apa?" katanya. "Sembuh, dok." Saya kembali menggigil. Kebiasaan buruk kalau lagi takut akut tapi mencoba kuat. Detik-detik setelahnya berlalu sangat berat. Dokter menjelaskan, sebenarnya sudah tidak ada opsi lain selain operasi pengangkatan disc (bantalan tulang). Sebelumnya Eki juga harus melalui pencitraan ulang dengan tujuan melihat posisi tulang, apakah sudah bergeser atau belum. Hal ini nantinya akan menentukan jenis dan kebutuhan operasi.
Apa yang membuat saya sangat terpukul saat itu? Bayangan seorang anak laki-laki berusia 22 tahun yang aktif terancam tidak lagi bisa produktif. Geraknya akan sangat terbatas. Dulu, Eki adalah penghobi bulu tangkis dan futsal. Beberapa piala dan sertifikat juara nya hari ini masih rapi tersimpan dalam kardus coklat di kosan saya. Tapi sejak hari itu, Eki harus stop main bulutangkis dan futsal! Harus. Tidak ada kompromi lagi.
![]() |
Ini kondisi disc yang sudah keluar dari bungkusnya |
![]() |
Lokasinya di L5 - S1 |
FYI, bagi yang awam. HNP yang dialami Eki adalah cidera pada tulang belakang. Gel di antara tulang pecah dan keluar hingga akhirnya menekan saraf. Ada tiga grade HNP yakni ringan, sedang, dan berat. Sedangkan yang dialami Eki sudah sangat berat. Bahkan dilihat dari hasil MRI, saraf sudah tertutup disc. Sehingga secara medis jalan terakhir hanya operasi untuk membebaskan saraf dengan mengangkat disc yang menekan. Hal ini bisa terjadi karena banyak hal, mayoritas karena salah posisi saat angkat beban. Sebenarnya jarang terjadi pada usia muda kecuali disebabkan kecelakaan, seperti jatuh.
Eki sendiri sampai sekarang tidak tau pasti apa penyebab awalnya. Pekiraan dia karena angkat barbel sambil duduk waktu lagi nge-gym.
Gejala HNP sangat membatasi gerak tubuh mulai dari sakit di pinggul bagian belakang, bahkan bisa sampai ujung kaki, kaki kebas, sering kesemutan, sampai sulit buang air kecil. Walau sudah masuk grade berat, saat periksa dengan dr E gejala yang dialami Eki alhamdulillah hanya sakit di pinggul bagian belakang sebelah kiri.
Dr E tetap mengembalikan pilihan pada pasien. Memberi kesempatan untuk diskusi dengan orang tua. Meski dibatasi oleh waktu hingga 6 bulan agar disc tidak semakin menekan saraf dan berakibat fatal. (Naudzubillah). Tapi sebagai penderita, Eki tetap memilih minum obat walau dipastikan sudah tidak bisa memberi reaksi positif. Akhirnya, kami menebus obat.
![]() |
Biaya operasi di RS pertama |
![]() |
Senam dan posisi tubuh yang disarankan dr E, informasinya juga sudah banyak di internet yahh |
Setelah hari itu, isi perbincangan saya dan Eki nggak jauh-jauh dari menyoal HNP. HNP. Dan HNP. Eki kembali ke jogja, merapihkan barang dan kemudian tinggal di Surabaya untuk berobat. Lalu kami resmi jadi anak kos-kosan Ketintang. 👫
Kami coba opsi lain dengan konsultasi dengan dua dokter berikutnya. Saya memang sudah list tiga dokter terbaik untuk penanganan HNP di Surabaya, dengan harapan tidak berujung di ruang operasi. Maka 3 Februari 2017, saya atur janji dengan Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dr K di rumah sakit swasta ke-2. Beliau sangat terbuka dengan konsultasi by phone sebelum Eki bisa kesana. Saya kirimkan hasil MRI, dr K hanya tanya, "kenapa bisa seberat ini?"
Saat bertemu tak banyak yang dilontarkan dr K, memang sudah tidak ada pilihan selain operasi. Beliau bersedia membantu penanganannya di RS dr Soetomo dan menghubungkan saya dengan dua dokter lainnya. Tapi saya skip dan belanjut ke dokter terakhir yang ada dalam list.
Pada 6 Februari 2017, kami berkunjung ke lokasi praktek Dokter Spesialis Bedah Saraf Prof dr H. Kami datang cukup pagi dan dapat antrean nomer 16.
Suster dalam ruangan sangat ramah, Eki diminta tidur di kasur periksa. Di tensi, dan normal. Ruang periksa dibagi menjadi dua lokasi sehingga bisa memangkas waktu dan antrean. Saat dr H masuk, pasien diminta untuk bercerita. Setelah cerita dan tanya-jawab selesai, dr H baru melakukan cek fisik. Yang pertama adalah mengangkat kaki kiri lalu kaki kanan. Cukup sampai situ, dr H tau, sekali lagi, Eki harus dioperasi.
Garis wajah dr H sangat khas merefleksikan kecerdasan seorang dokter senior yang doyan guyon. Mungkin ini jadi salah satu cara membuat pasien lebih rileks. Informasi yang saya dapat dari seorang teman, dr H dan dr K bukan karakter dokter yang mudah memilih jalan operasi. Maka jika keduanya tak memberi opsi lain, saya pahami kondisi Eki memang sangat beresiko.
Surat rujukan untuk operasi ditandatangani. Prosesnya dijelaskan, tidak akan memakan waktu terlalu lama. Kalau hari ini operasi, insyaallah besoknya bisa keluar. Biayanya cukup terjangkau, tidak semahal di RS pertama. Operasi juga bisa dilakukan dengan fasilitas BPJS.
Siang harinya kami menyambangi kantor BPJS untuk mengurus pindah faskes dari Balikpapan ke Surabaya. Prosesnya sangat mudah dan cepat, hanya antrenya yang lama. Setiap daerah (mungkin) punya kebijakan masing-masing. Karena saat Eki pindah faskes BPJS dari Jogja ke Balikpapan harus melampirkan KTP Balikpapan. Sedangkan perpindahan dari faskes Balikpapan ke Surabaya hanya perlu mengisi formulir dan memilih faskes 1 di area tinggal.
Siang itu, Eki mulai nggak bisa jalan. Hanya dari parkiran ke kantor BPJS yang jaraknya kurang lebih 50 meter, Eki harus beberapa kali istirahat. Langkahnya sangat berat dan dia memaksakan diri. Sebagai kakak, saya sudah berada di puncak khawatir.
Meski sudah mengurus BPJS, Eki belum juga menjatuhkan hatinya pada pilihan operasi. Beberapa kali dia bilang mau minum propolis aja, mau berenang aja, mau bergantung aja, dan aja aja lainnya. Dia mengutarakan alasan yang tidak mungkin saya share di sini tapi sangat bisa saya pahami. Di saat yang sama, orang tua tidak saya beri informasi penuh biar nggak ikut khawatir.
Malam harinya saya bergabung dengan grup Facebook Sahabat HNP. Niat saya agar banyak bertukar informasi dengan temen-temen penderita HNP. Tapi nyatanya nggak pernah kuat baca post mereka, banyak yang jauh lebih berat dan penuh beban dari yang saya dan Eki alami.
Ada seorang angkatan yang harus mengiklaskan kerjanya karena HNP kemudian menjadi driver ojek online. Ada ibu yang harus mengandung, melahirkan dan merawat anak-anaknya. Disaat sang ibu nggak boleh angkat beban, berat anak terus bertambah. Ada yang lokasi HNP nya mulai L3 sampai S1. Ada yang usianya baru 17 tahun tapi sudah grade 4. Dan masih banyak lainnya yang saya doakan segera sehat. Insyaallah semua rasa sakitnya menggugurkan dosa, diberi pahala berlimpah. Aamiin. *nangis*
Salut sama penderita HNP yang masih semangat sembuh dan tetap beraktivitas dalam keterbatasan.
HNP = Hadapi, Nikmati, Pahami :))
Saya yang mengawal Eki sejak diagnosa HNP merasa sangat emosional, mudah nangis dan gelisah. Eki juga suka bingung sendiri bikin saya nggak ngerti apa maunya. Iklas, doa sama iktiar, cuma itu doang kunci ngadepin penyakit ini. Semalam saya penuhi dengan baca refrensi salah satunya blog andrisetiabudi. Lalu saya tutup malam dengan sholat, doa, dan tangis. Sambil terus mengusap hasil MRI. Demi Allah, nggak ada tempat bergantung lain, cuma Allah. Saya mohonkan kesehatan buat Eki sampai mata mengering dan kantuk menjemput.
Kami pernah tertawa membaca pengobatan godong ijo yang dituliskan dalam blog andrisetiabudi, rasanya mustahil. Tapi ternyata perantara Allah bisa datang dari mana aja. Wallahualam.
Hingga pada 7 Februari 2017, kami putuskan duduk di bangku antrean rumah praktek H. Rochman. Sebelum masuk, Eki sempat ngobrol dengan pasien lain yang sudah berobat 2 kali ke H. Rochman. "Yang penting tekad untuk sembuh, mas," kata mas-masnya. Sama seperti saat di ruang MRI, saya tidak berhenti sholawat.
Keluar dari ruangan H. Rochman, Eki bisa jalan normal kembali. Alhamdulillah tak terkira 💕
Kondisi Eki belum benar-benar pulih. Rukuk tetap belum 90 derajat, duduk dengan kaki mengarah ke depan juga belum sempurna, hari-hari pun masih tetap ditemani rasa sakit. Komitmen Eki buat sembuh dibarengi segala upaya. Salah satunya dengan rutin renang, olahraga yang paling disarankan untuk penderita HNP. Dimulai 2 kali sehari lalu frekuensinya bertambah menjadi setiap hari, terus sampai rasa sakitnya hilang.
Meski mencoba pengobatan alternatif, saya dan Eki komitmen akan melakuakan MRI ulang untuk memantau kondisinya dari kacamata medis. Lagi lagi karena persoalan harga, jadi harus menunggu uang tabungan cukup. Maka kami coba lewat jalur BPJS, sekali lagi, yang iurannya sudah dibayarkan setiap bulan.
Saat itu Eki menemui dokter umum di Ketintang, dia ceritakan sakit yang masih dirasakan. Apa jawabnya? "Mas banyak minum air putih aja." Kemudian Eki dikasih obat (saya lupa namanya).
Usaha pertama kami gagal.
Kedua kalinya kami kembali dengan membawa hasil MRI, balik kami yang terangkan kepada dokter tersebut bagaimana sebenarnya kondisi Eki. Tak lama surat rujukan keluar dan bisa kami gunakan periksa ke RS keempat. Ternyata oleh dokter BPJS di RS tersebut Eki sudah tidak disarankan untuk MRI ulang. Katanya kalau sakitnya tidak mengganggu tidak harus ada tindakan.
Lalu sampai sekarang kami belum lagi mencoba cara lain selain menabung agar terkumpul setidaknya Rp 3,4 juta demi bisa MRI ulang. *tekadnggamaunyusahinorangtua*
Sembari itu, saya seringkali mengingatkan Eki untuk tetap patuh dengan perintah dokter. Jangan angkat beban, jangan olahraga berat, dan rutin renang.
Bolehkan di akhir tulisan ini saya ganti kata derita jadi nikmat? :)
Bagi penikmat HNP jangan lepas sedikitpun dari doa kepada Allah, jangan kasih longgar buat setiap upaya sembuh. Saya tulis ini untuk sharing cerita tentang saya dan adik yang menghadapi HNP bareng-bareng. Support dari lingkungan sekitar sangat-sangat dibutuhkan. Karena menghadapi sakit jelas akan mempengaruhi psikis. Jangan biarkan anggota keluarga kita menghadapi HNP sendirian, nikmati bersama :)
Jangan lupa bahagia, iklaskan, karena ini datangnya dari Allah. Bukan hal yang kita sengaja, bukan sakit yang kita mau. Diantara hari-hari berat saya, Allah kuatkan lewat janjinya dalam Al-Quran.
QS. An-Najm (53) : 39 - 41
(39) Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, (40) dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), (41) kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna ...
![]() |
It's really hurt me |
![]() |
Laser minimal invasif merupakan salah satu prosedur pengobatan (terbaru) yang bisa dilakukan pada HNP grade ringan |
![]() |
Ini promo MRI di RS Siloam Surabaya s/d Desember 2017, sepertinya untuk kualitas 1,5 T. Bisa kontak langsung aja bagi yang membutuhkan |
Saya menaruh harapan pada prosedur medis, sangat percaya dengan ilmu kedokteran. Tapi terbatas dengan keteguhan Eki untuk mencoba alternatif lain. Sekali lagi, saya sangat memahami alasannya. Tulisan ini bukan karena pesimis pada ilmu kedokteran, lewat mereka yang berjas putih Allah titipkan obat-Nya. Insyaallah tiga dokter yang sudah bantu saya dan Eki sampai sejauh ini selalu dalam lindungan Allah, berkah usianya, sehat fisik dan psikisnya, bahagia lahir batinnya, aamiin.
Bagi yang ingin coba konsultasi dengan salah satu diantara ketiga dokter di atas bisa hubungi saya melalui e-mail nadiahanum07@yahoo.co.id sebisa mungkin saya jawab.
Sedangkan mengenai H. Rochman, ini lokasi prakteknya Jl. Kyai Husein No.2, Pabean, Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61253, Indonesia. Beliau cuma gosok-gosok dan pijet tipis-tipis nggak main kekerasan. Hehehe. Eki juga waktu itu nggak bakal mau kok kalau ditekan di area yang sakit, Alhamdulillah yang digosok kaki sama daerah pundak.
Buat yang sudah melalui tindakan operasi, kalian luar biasa hebat dan kuat. Saya benar-benar salut, insyaallah menjadi jalan kesembuhan. Yang baru selesai operasi, insyaallah segera pulih kembali. Sedangkan yang sudah bertekad dan yakin untuk operasi yakinlah memang ini jalan terbaik. Allah menitipkan obat-Nya lewat banyak jalan dan (mungkin) berbeda setiap orang. Jangan mundur selangkah pun, jangan mau kalah dengan HNP.
Saya mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan, semoga semua dilimpahkan kesehatan. Baik lahirnya, maupun batinnya. Aamiin Allahumaamiin.
Update 20/12/2019 :
Alhamdulillah Eki sudah sehat dan beraktivitas normal. Meski demikian, Eki tetap memilih tidak melakukan olahraga dan kegiatan ekstrem. Jenis olahraga yang dilakukan hanya renang. Sejak tulisan ini saya publish pada 2017, banyak email berisi pertanyaan dan cerita yang masuk. Eki mencoba alternatif dan alhamdulillah berhasil. Banyak juga yang memilih jalan medis dengan operasi dan berhasil. Semua dari kita punya jalan sehat masing-masing. Insyaallah yang sakit segera sembuh. Tetap positive thinking sama Allah, jangan lelah berdoa, dan berjuang sembuh. Saling mendoakan yahh <3
saya juga mengalami hal ini dri 2014 walau masih bisa berjalan normal nyerind pinggul bokong jika duduk lama masih terasa nyeri, gws dude
ReplyDeleteSemoga segera ketemu obatnya, bisa pulih kembali. aamiin.
DeleteSalut, penuh pengertian pd HNP-er. Salam semangat utk Eki ya. Saya dikata dokter grade 3, tapi mencoba menikmati dan mensyukuri kondisi aja. Masih banyak yg lebih berat dari saya.
ReplyDeleteBener bu, ternyata banyak sekali yang lebih berat. Jadi refleksi untuk tetap bersyukur yah bu apapun yang sedang dihadapi.
DeleteSaat ini apa bentuk pengobatannya bu?
Sesama blogger, saya belajar banyak dari tulisan Anda. Makasih
ReplyDeleteSebagai penderita HNP (awalnya), saya juga ketakutan seperti Eki takut operasi, tapi qodarullah akhirnya operasi juga. Mungkin tulisan saya di blog saya bisa jadi bahan bacaan dan pertimbangan untuk Eki juga. (learning-bee.blogspot.com)
Saya seperti Eki, dulunya aktif sekali tapi sekarang memang harus berubah.
Tetap semangat dan tetap ingat Allah SWT
Bapak, saya sudah baca dari part 1 sampai habis. Alhamdulillah happy ending yah pak, mudahan yang sudah dilewati menggugurkan dosa, jadi berkah.
DeleteSaya terharu sekali baca review tentang dr Agus. :) Alhamdulillah dipertemukan dengan yang tepat, diberi jalan kesembuhan. Terimakaih banyak memberi pelajaran, insyaallah sehat selalu yah pak, Aamiin.
Alhamdulillah mba Nadia, saya doakan biar Eki tetap semangat dan tetap ikhtiar untuk kesembuhannya, krn saya tahu bagaimana sakitnya dan bagaimana mudahnya pikiran2 mempengaruhi fisik dan psikis kita yg sakit.
DeleteAllah yang memberi Allah pula yang mengambil
Jazakallah bi khoir, bapak. Insyaallah doanya pun kembali ke bapak. Agar tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah. Aamiin.
DeleteCeritanya sangat menginspirasi Mbak Nadia. Semoga Allah segera memberikan kesembuhan dan mengangkat semua penderitaan serta rasa sakit yang Eki rasakan selama ini. Ikhtiar, doa dan berserah diri kepada Allah, usaha melakukan pengobatan baik medis maupun alternatif, memotivasi diri dengan merasakan HNP sebagai suatu nikmat (hadapi, nikmati, pahami), doa dari orang tua dan berbagai pihak, serta keyakinan yang bulat akan datangnya kesembuhan atas kebesaran Allah Sang Maha Penyembuh telah Mbak Nadia dan Eki lakukan, "Insya Allah" kesembuhanpun akan segera datang. Aamiin.
ReplyDeleteSaya pun penderita HNP sejak 7 bulan yang lalu. Hasil MRI menyatakan ada HNP di 5 titik sekaligus. Penyebabnya pun saya tidak tahu. Keempat RS menyatakan saya harus operasi, tapi belum saya jalankan (kendala biaya), dan mereka memberikan obat pereda nyeri yang efektif untuk penyakit saya. Keempat ahli pengobatan alternatif pun semuanya memberikan dorongan motivasi dan sentuhan2 pengobatan menurut versi mereka masing2 (semuanya bagus). Dan spirit yang saya tanamkan di dalam mindset saya adalah bahwa rasa sakit ini adalah merupakan bagian dari keutuhan diri saya. Rasa ini memang harus dibawa kemana-mana sebagai salah satu elemen yang menempel di tubuh saya. Pernah membolos kerja hampir 1 bulan, dan tidak bisa turun dari tempat tidur waktu saya masih merengek dan mengeluh di bulan Februari kemarin (hampir di proses cuti sakit dari kantor saya). Sejak itu saya paksakan diri untuk masuk kerja. Saya berusaha untuk menemukan nikmatnya menahan rasa sakit dan selalu mengucap syukur di dalam batin saya, semoga Allah memberikan pengampunan terhadap dosa-dosa saya selama ini, dan untuk ke depannya saya akan lebih takut untuk berbuat dosa. Oh, maaf Mbak Nadia, kok saya malah menceritakan diri sendiri. Oya, mohon doa dari Mbak Nadia, Eki, dan para pembaca tulisan ini semuanya, untuk kesembuhan Eki dan saya, serta semuanya saja yang saat ini sedang menderita sakit, apapun sakitnya, agar diberikan kesembuhan oleh Allah SWT. Aamiin yaa Robbal'alamiin.
Aamiin ya rabbal'alamiin. Doa saya insyaallah bapak diberi kesehatan DAN Selalu semangat pak. Spiritnya luar bisa. Terimakasih ceritanya pak, sangat menginspirasi, saya bnr2 merasa haru :)
DeleteAssalamualaikum mba,mau nanya himana kondisi adeknya eki sekarang?
ReplyDeleteWaalaikumalam, mohon maaf baru reply. Alhamdulillah sekarang eki sehat dan sudah bisa aktivitas seperti semula. Mohon doanya yah :)
DeleteHalo mbaaa... mau tanya donk.. dlu di pak haji rohman itu dikenakan biaya berapa yaa untuk sekali datang.. trimakasi
ReplyDeleteHalo, saya ngga ingat pasti. Tapi perkiraan Rp 75 ribu. Terakhir saya ke sana, biayanya naik mungkin di angka Rp 80 ribuan.
DeleteAssalamualaikum mb nadia...alhamdulilah seneng denger dek eki udah lebih baik...jadinya dioprasidengan dokter sp mb? Boleh minta no.kontak dokternya?
ReplyDeleteSaya sedih mb saya divonis hnp...padahal anak saya dua usianya msh 20 bln trus yg kecil msh bayi 3 bulan...saya sedih gak bs gendong anak sy...
Waalaikumsalam mbak Wulan. Sampai sekarang Eki belum operasi mbak. Kondisinya alhamdulillah jauh membaik, mohon doanya agar Eki tetap sehat yah.. Saya turut sedih mbak dengan diagnosa HNP mbak Wulan. Kabari jika ada informasi yang dibutuhkan yah mbak, siapa tau bisa sedikit membantu. Jangan capek cari obatnya, insyaallah jadi penggugur dosa yahh. :'(
DeleteHalo mbak Nadia, senang sekali py kakak seperti mbak yg dgn sabar menemani Eki dlm mengadapai sakitnya, dan sy turut gembira kl Eki skrg sdh mulai sembuh. Sy Sy kena HNP sdh pengobatan kemana2 tp hasilnya ttp tak hasil, malah makin sakit skrg ini. Mggu dpn sy mau ke Sby, apa apa blh minta no kontak H. Rohman apa hrs daftar dulu atau lsg dtg kesana, trus Eki kl berenang dgn gaya apa apa yg disarankan dokter? Trm ksh mbak Nadia.
DeleteHalo mbak, sesungguhnya saya ngga sesabar itu. Hehehe, ngadepin Eki yang sakit dan ngga mau dioprasi padahal saat itu adalah satu-satunya jalan untuk sembuh yaa sering jadi BT juga. Dan saya yakin itu manusiawi. Nemenin orang sakit itu ujian fisik, mental, dan perasaan. Saya aja gitu, apalagi yang sakit yahh :)
DeleteKalau H.Rochman pendaftarannya langsung di lokasi. Kalau bisa datang sepagi mungkin yah mbak karena setiap hari beliau hanya terima 20 pasien dan itu pasti penuh. Saya biasanya datang jam 6 atau 7 itu dapat nomer belasan. Kalau renang eki pakai gaya dada/katak.
Oh iya, beliau libur praktek kalau ngga salah hari Jum'at, saya lupa. Bisa kesana weekday aja biar aman yahh. Mudahan jadi jalan untuk sembuh. aamiin.
DeleteHalo mba Nadia...
ReplyDeleteTerimakasih tulisannya sangat memotivasi. Gmn kondisi eki sekarang mba?
Sya juga menderita HNP dan sangat menyiksa. Sya takut operasi, klo boleh tau utk pengobatan di H. Rochman metodenya spt apa ya? Selain dipijat apa dapt ramuan obat/jamu kah? Dan berap biayanya ya mba?
Makasih mba
Mudah2an smua diberi kemudahan dan kesehatan.
DeleteMembaca cerita eki jd trharu, sy mau share,sy penderita sakit pinggang sejak thn 2011. Sdh berobat ke banyak dokter dan rs,macam2 diagnosa dokter. Pd thn 2015 ktemu dr spesialis spine di rs.semarang,dan disaranin MRI. dari hasil mri tsb sy divonis HNP.
Menurut dokter solusinya hrs tindakan operasi.
Krn sy kuatir dgn resiko tindakan operasi,sy msh berfikir dan cari2 referensi. Tp lama kelamaan semakin sakit dan sangat menurunkan kualitas hidup sy. Stlh cari bnyak refrensi,akhirnya sy ambil keputusan untuk tindakan operasi.
Alhamdulillah 2 minggu lalu sdh dieksekusi oleh dr.M di jakrta dan alhamdulillah lancar operasi nya. Sy masuk k ruang operasi jam 20.08 dan slse stlh 40 menit. Tidak merasakan sakit apa pun,msh sadar krn bius lokal, one day care.
Stlh slse operasi,cm observasi 1 jam langsung boleh pulang.
Silakan klo ad yg mo tanya ttg oprsi hnp yg sy jalanin dgn senang hati sy share.
Mudah2an bermanfaat
kalo bole tau bapak operasi apa ya? Apa setelah operasi tidak ada efek samping yg berbahaya selanjutnya, seperti kelumpuhan dll. dan setelah operasi apakah sudah tidak pernah nyeri, aktivitas seperti biasa dan ada pantangan2nya? trtimakaste pak dwi
DeleteAssalamualaikum mba,mau nanya gimana kondisi Eki sekarang? Semoga selalu tambah baik.
ReplyDeleteApakah jadi operasi atau masih terapi? Apakah masih berlanjut terapi di H. Rochman? Berapa kali frekuensi kedatangannya dalam sebulan untuk terapi itu?
Assalamualaikum, hallo mbak Nadia numpang berbagi pengalaman terkena HNP. pada waktu itu sekitar bulan April saya merasakan sakit yang menjalar dari pantat sampai tumit sebelah kiri. Saat itu diagnosa dokter adalah piiformis syndrome. Namun sekitar dua bulan lalu saya merasakan nyeri yang luar biasa. Sehingga sampai membuat saya tidak bisa masuk kerja sekitar satu bulan setengah. Ditengah sakit tersebut saya berusaha mencari pengobatan baik medis ataupun alternatif. Alhasil dari pemeriksaan MRI ternyata saya terkena HNP di L5- S1 . Yang grade nya sudah cukup parah.dokter sudah menyarankan saya untuk operasi. Namun Saya masih berusaha berobat secara medis ( fisioterapi ) dan banyak pengobatan alternatif. Saya mencoba untuk pijat dan akupuntur. Alhamdulillah sekarang nyerinya sudah hampir hilang. Sudah bisa beraktivitas seperti biasa lagi. Semoga tidak kambuh- kambuh lagi. Untuk rekan rekan yang saat ini masih merasakan nyeri karena HNP tetap semangat. Semoga segera diberikan jalan kesembuhan. Untuk teman teman yang barangkali ingin tahu dimana saja pengobatan yang saya jalani bisa email saya. Barangkali bisa menjadi jalan kesembuhan teman². Karena saya juga telah merasakan bagaimana nyeri HNP yang luar biasa serta sangat membatasi aktivitas kita. 🙏
ReplyDeleteBeberapa diantaranya saya berobat di Kiki Hendrawan ( Bekasi ) dan pak muji slamet ( dulu team medis persik Kediri ) . Ini email saya dedy.budi.dsb@gmail.com
DeleteSaya alhamdulillah sudah sembuh total tanpa oprasi... Alhamdulillah semua ini brkat ijin Allah melalui perantaran obat racikan dari dokter yusuf yang saya minum selama beberapa pekan... Saya hanya minum obat racikan beliau, senam setiap bangun tidur, trapi dan jaga pola makan... Alhamdulillah sampai sekarang sudah tidak ada keluhan.
ReplyDeleteBuat saudara sekalian yang lagi mencari kesembuhan saya rekomendasi kan coba brobat dengan Dr yusuf insyah Allah bisa sembuh seperti saya amin.... Ini nomor Dr yusuf nya 0853-6167-52-32 coba brobat dengan Dr yusuf dengan serius
Ocomphaucoyo Christina Cooper https://wakelet.com/wake/55DnqwpMTZCHCKAognjBt
ReplyDeletetuturazin
Ogravicam_do Joshua Ramu Free download
ReplyDeleteBest
obprazbercand